Rabu, 15 September 2010

Proposal

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesionalisme kata bendanya adalah ahli, apa saja tentang pendidikan jasmani dia ahli, he is a profesional physical educator; pekerjaannya memang sebagai guru pendidikanjasmani.(EnsiklopediaIndonesia:220) Guru dalam bahasa India artinya orang yang mengajarkam tentang kelepasan dari sangsara (biasanya bersifat gaib), guru selalu diperlukan, seringkali dipuja sebagai Dewa, kehendaknya tidak boleh dilawan. Dalam lontara disebutkan; guru adalah orang yang serba bisa, serba tahu, dapat menyelesaikan masalah, orang yang mengajarkan, orang yang jadi panutan.Predikat guru melekat pada orang dewasa yang bertugas rutin menyampaikan pengetahuan dan keterampilan intelektual maupun motorik, kepada orang yang umumnya berusia lebih muda, yang disebut murid. Guru seringkali menjadi anutan bagi muridnya, baik secara formal disekolah maupun informal diluar sekolah. Begitu lekatnya predikat guru sampai-sampai sukar sekali bagi seorang guru untuk melepaskan diri dari predikat itu sekalipun ia berada diluar lingkungan sekolah, seperti di lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal ataupun dimana saja sepanjang ada yang mengenalnya bahwa ia adalah seorang guru. Sebagai konsekuensi dari predikat yang melekat itu, maka segala tindakannya, ucapan serta perbuatannya pun dituntut sebagaimana tindakan, ucapan dan perbuatan seorang guru.
Ada beberapa tugas pokok disamping ada empat fungsi sebagai guru masing-masing adalah guru sebagai pemimpin, guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar dan guru sebagi pembimbing. Tugas-tugas pokok tersebut meliputi; peningkatan kesegaran jasmani anak didik, memimpin kegiatan dalam bermain atau latihan yang, seiring dengan pembelajaran, sebagai motivatordan penegak disiplin.Untuk tercapainya tujuan pembelajaran pada setiap tatap muka seringkali dijumpai beberapa murid mengalami kesulitan dalam penguasaan skil-skill (keterampilan) gerak. Dalam kondisi seperti ini sebagai guru penjas dituntut profesionalisme dalam pelayanan untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Guru penjas dituntut coaching assets atau modal kepelatihan agar memiliki sifat yang bernilai dari seorang guru penjas disamping sebagai guru juga dia sebagai orang tua, motivator yang memperlancar pendekatan yang positif dan menentukan, dan sebagai teman yang senantiasa membantu memberi dukungan guna tercapainya tujuan pembelajaran. Rasa humor sangat dibutuhkan oleh anak didik manakala rasa jenuh, rasa lelah dan penguasaan materi pembelajaran termasuk skill-skill kurang dikuasai dengan cepat.
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Sumbangan nyata pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui pendidikan jasmani terbina sekaligus aspek penalaran, sikap dan keterampilan. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu:
1.meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
2.meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
3.meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.

Berdasarkan penjelasan tentang guru di atas, bayak hal yang harus di penuhi seorang calon guru. Kalo di liat urayan tersebut apakah sejauh ini mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(JPOK) UNLAM siap dengan hal-hal yang harus dipenuhi seorang guru. Apakah ada perbedaan kesiapan antara atlit dan non atlet di JPOK.



B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat diidentifikasi masalahnya,, antara lain :

1. Seberapa siap mahasiswa JPOK memenuhi tuntutan sebagai guru.
2. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non atlet dalam menghadapi tuntutan seorang guru.
C. Perumasan Masalah
Berdasarkan Idintifikasi masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalahnya, yaitu : Apakah ada perbedaan antara atlet dan non atlet dalam menghadapi tuntutan sebagai seorang guru.

D. Pembatasan masalah
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat dibatasi masalahnya, yaitu : Perbedaan antara atlet dan non atlet dalam menghadapi tuntutan sebagai seorang guru.

E. Tujuan Penelitian
Tutuan penelitian ini adalah ingin mengetahui mana yang lebih siap menjadi seoarang guru.

F. Manfaat Penelitian
1. Atlit atau non atlet yang kurang dalam memenuhi kesiapan menjadi seorang dapat memenuhi kekurangannya tersebut.
2. Dosen pengajar dapat mengetahui kekuranganya di mana saja tentang kesiapan tersebut.
3. Bagi peneliti sendiri, yaitu sebagai bahan masukan dalam penelitian yang akan datang, serta menjadikan tolak ukur bagi peneliti-peneliti lain.

.

BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTISIS
A. Atlet
Atlet harus bisa menang dalam setiap pertandingan, dalam mencapai sebuah kemenagan tidaklah mudah, atlet harus latihan dengan tekun. Dalam latihan itu seorang atlit harus bersungguh-sunguh. Seorang atlit haya di fokoskan terhadap satu cabang olahraga. Karna tidaklah mungkin akan tercapai sebuah prestasi apabila atlet tersebut merangkap dua atau lebih dalam cabang olahraga. Di JPOK atlet yang sambil berkuliah sanagat di sibukan dengan aktivitasnya.
B. Non Atlet.
Yang tidak atlet, maka dia akan terpokos terhadap pelajaran di kampus, dan dia akan lebih mudah memahami dan mempelajari cabang-cabang olahraga. Karna dia tak di tuntut oleh sebuah prestasi.

C. Sosok Ideal Seorang Guru Pendidikan Jasamani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang.Sumbangan nyata pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui pendidikan jasmani terbina sekaligus aspek penalaran, sikap dan keterampilan. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu:

1. meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
2. meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
3. meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.

Adakah pelajaran lain (seperti bahasa, matematika, atau IPS) yang bisa
menyumbang kemampuan-kemampuan seperti di atas?
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas.
Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar
kepribadiannya kelak.
3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut
mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat
yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan.
4. Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilangerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untukmelaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmanibaiksecara kelompok maupun perorangan.Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilansosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasukpermainanolahraga.Berdasarkan uraian diatas lalu bagaimanakah sosok guru pendidikan yangprofessionalyang mampu mencapai semua tujuan pendidikan jasmani yang telah ditetapkan?Tentunya guru pendidikan jasmani tersebut adalah seseorang yang telah melewatisebuah proses pendidikan melalui suatu lembaga pendidikan yang professional pula sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan, serta layak dan mampu untukmengajar.
Kompetensi tersebut antara lain:
1. Pengetahuan disiplin keilmuan
1.1. Pengetahuan tentang dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk etika
sebagaiaturan dan profesi
1.2. Pengetahuan tentang perspektif sejarah pendidikan jasmani
1.3. Pengetahuan tentang anatomi manusia, secara struktur dan fungsinya.
1.4. Pengetahuan tentang aspek kinesiologi dan kinerja fisik manusia
1.5. Pengetahuan fisiologi manusia dan efek dari kinerja latihan.
1.6. Pengetahuan aspek psikologi pada kinerja manusia, termasuk motivasi dan
tujuan, kecemasan dan stress, dan persepsi diri.
1.7. Pengetahuan pada aspek sosiologi dalam kinerja diri, termasuk dinamika
sosial;
etika dan perilaku moral, dan budaya, suku, dan perbedaan jenis kelamin.
1.8. Pengetahuan pada perkembangan gerak, termasuk pematangan dan gerak
dasar.
1.9. Pengetahuan tentang belajar gerak, termasuk keterampilan dasar dan
kompleks
dan hubungan timbal balik di antara domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan dan keterampilan professional Komponen ini meliputi aspek humanistik dan tingkah laku tentang pendidikan profesi. Penekanan pada suatu hakikat profesi; hakikat pada mengajar pendidikanjasmani. komitmen terhadap keahlian , penelitian dan pelayanan: konteksindividualdan budaya untuk belajar dan mengajar gerak manusia. Mempersiapkan lulusan program guru pendidikan jasmani yang akan mununjukkan kompetensinya yaitu:
2.1. Pengetahuan tentang aturan suatu profesi dan hakikat pendidikan jasmani
Sebagai suatu profesi
2.2. Pengetahuan tentang dampak pendidikan jasmani pada individu dan Masyarakat (termasuk orang-orang dengan kebutuhan khusus), berkaitan dengan kualitashidup,secara individu dan global.
2.3. Pengetahuan tentang peranan pendidikan jasmani di sekolah, termasuk perspektif sejarah dan kekuatan sosial politik
2.4. Pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan filosofis pribadi pada
pendidikan jasmani.
2.5. Pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung keahlian penelitian
(pelanggandan penelitian), dan pelanggan (bantuan pelanggan, bantuan program, penjelasankepada sekolah, komunitas, pelayanan kepada profesi.
2.6. Pengetahuan pada aspek budaya pada aktivitas fisik dan olahraga
2.7. Pengetahuan dan keterampilan dalam merancang secara lengkap
(komprehensif),kurikulum yang berkembang secara memadai, pada berbagai populasi (termasukpopulasi dengan kebutuhan khusus), berdasarkan pada teori kurikulum dan mata pelajaran pendidikan jasmani
2.8. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan aspek-aspek
pengembangan program pendidikan jasmani (penambahan kedalam kurikulum),
termasuk pemeliharaan dan tempat penyimpanannya peralatan.Pengetahuan dan keterampilan kependidikan Komponen ini termasuk belajar dan mengajar penerapan teori dan aplikasi professional dari batang tubuh pengetahuan. Penekanan pada perancangan kurikulum,evaluasi belajar dan evaluasi program.

Mempersiapkan lulusan program gurupendidikan jasmani yang akan menunjukkan kompetensi (termasuk pengalaman laboratorium dan klinis) dalam:
3.1. Pengetahuan tentang teori belajar pendidikan
3.2. Pengetahuan dan aplikasi teori mengajar efektif
3.3. Pengetahuan dan keterampilan dalam menerjemahkan kurikulum kedalam
kegiatan pembelajaran.
3.4. Pengetahuan dan keterampilan dalam merancang satuan yang sistematik dan
pelajaran yang berangkai (termasuk belajar berangkai)
3.5. Pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis gerakan, penilaian
kinerja\motorik, dan penilaian proses pembelajaran.
3.6 Pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan kelas.Elemen-elemen pengetahuan yang perlu ada pada seseorang guru untuk melaksanakan pengajarannya menurut Shulman (1987)ialah
a. Ilmu konten (content knowledge) yaitu pengetahuan tentang kandungan subjek
bidang yang hendak di ajarkan.
b. Ilmu pedagogi am (general pedagogical knowledge) merujuk kepada pengetahuan tentang kaedah mengajar yang melibatkan semua mata pelajaran dan
dalam pelbagai situasi.
c. Ilmu konten pedagogi (pedagogical content knowledge) bermaksud pengetahuan tentang bagaimana cara mengajar sesuatu kandungan atau topik pelajaran kepadasekumpulan murid tertentu dalam konten yang spesifik.
d. Pengetahuan tentang kurikulum (curriculum knowledge) adalah pengetahuan tentang perkembangan kurikulum yang sesuai dan program-program bagi setiap
jenjang pencapaian murid.
e. Pengetahuan tentang konteks Pendidikan (knowledge of educational contexs)
bermaksud pengetahuan tentang impak dalam konteks mengajar.
f. Pengetahuan terhadap murid dan ciri-ciri murid (knowledge of learners and their characteristics) merujuk kepada pengetahuan tentang pembelajaran seseorang muridyang diaplikasikan dalam mengajar
g. Pengetahuan tentang tujuan pendidikan (knowledge of educational goals) ialah pengetahuan tentang matlamat, tujuan dan struktur sistem pendidikan.
Tentunya dibutuhkan sebuah lembaga profesional yang mampu menciptakan guru-guru pendidikan jasmani yang memiliki standar kompetensi seperti yang telah diuraikan diatas, sehingga akan muncul tenaga-tenaga pendidik yang profesional yang pada akhirnya akan mewujudkan cita-cita kita bersama, yakni tercapainya tujuan pendidikan secara keseluruhan.

D. Kesiapan Seorang Atlet Yang Berkuliah di JPOK Menjadi Seorang Guru.
Serang atlet akan bayak beraktivitas, bahkan atlet sering sekali tidak masuk kuliah karena harus mengikuti pertandingan di luar kampus bahkan di luar daerah. Tentu ini berpengaruh terhadap nilai di kampus.
E. Kesipan Seorang Non Atlet Yang Berkuliah di JPOK menjadi seorang Guru.
Seorang yang bukan non atlet mungkin akan lebih siap daripada yang atlet karna dia akan lebih Fokos terhadap Perkuliahan karena lebih bayak beraktivitas di kampus.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini dari dua macam yaitu variable bebas dan variable terikat. Adapun yang termasuk variabel bebas adalah atlet yang berkuliah di JPOK dilambangkan (X1) dan yang tidak atlet berkuliah di JPOK(X2). Sedangkan variabel terikat adalah kesiapan menjadi seorang guru di lambangkan dengan (Y).

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di kampus JPOK FKIP UNLAM Banjarbaru. Adapun untuk hari, tanggal dan bulan detentukan setelah mendapat surat ijin dari ketua jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan .

C. Metode Penelitian
Metode penelitain yang di gunakan dalam penelitian adalah metode Angket atau Kuesioner yang di analisis dengan metode satistic korelasional. Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional.

D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah mahasiswa JPOK FKIP UNLAM. Adapun sample penelitian Atlet dan yang tidak atlet yang berkuliah di JPOK UNLAM Banjarbaru. Teknik pengambilan sample secara porposif sampling atau pengambilan sample dengan pertimbangan penelitian.

E. Instrument Penelitian.
Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini atara lain.
1. Angket.
2. Alat tulis.

F. Tahap Pegumpulan Data.
Data yang di perlukan dalam penelitian ini adalah perbedaan Atlet dan yang tidak
Atlet mahasiswa JPOK FKIP UNLAM menjadi seorng guru propisional.
1. Tahap persiapan.
a. Mempersiapkan surat izin penelitian, alat dan perlengkapan yang akan di guanakan
dalam pengumpulan data.
b. Mempersiapkan tenaga pembantu dan membentuk tugas masing-masing
2. Tahapan pelaksaan pengambilan data.
G. Cara pelaksanaan:
Mahasiswa di kumpulkan dalam ruangan dan di bagikan angket untuk di jawab.























DAFTAR PUSTAKA
- wiliandalton.blogspot.com. Guru Profesiaonal.
- Sudjana, 2002. Metode Statiska. Bandung. Tarsito.

1 komentar: